Mendes PDTT Dorong Khataman Al-Quran di Desa

By Admin

nusakini.com--Lima qori nusantara mengaji melanggamkan baca Al-Quran secara koor dalam acara khataman Al-Quran akbar di Masjid Al Muhajirin, Kalibata, Jakarta, Rabu (22/2). Kelima qori tersebut yakni H Sofyan Hadi Musa, Fathul Amam, Raden Harmoko, Aidil Haq, dan Mahdafi Kani. Rencanannya kegiatan serupa akan dilaksanakan rutin per bulan. 

“Saya senang sekali waktu sahabat saya Ustadz Jazil (Koordinator Nasional Nusantara Mengaji) menawarkan untuk mengadakan semacam acara nusantara mengaji di kementerian kita (Kemendes PDTT). Saya bilang, insyaallah kita dukung tidak hanya akan diadakan di kementerian, tapi juga di tempat lain di desa-desa di Indonesia ini,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo. 

Menurutnya, ide nusantara mengaji menjadi penting untuk diterapkan mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya dan religius, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Agar, masyarakat muslim di Indonesia kembali mengingat ajaran-ajaran Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

“Apa yang mau kita terapkan kalau kita tidak pernah baca. Kita mulai membaca dan mengerti arti dari ajaran-ajaran tersebut, dan kemudian bisa menerapkannya,” ujarnya. 

Menteri Eko mengatakan, Indonesia yang saat ini memiliki kekuatan ekonomi No 16 terbesar di dunia, diprediksi akan mampu naik menjadi peringkat 4 di dunia jika pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan. Jika hal tersebut terjadi, maka hal tersebut akan memberikan kebanggan bagi umat Islam dunia. 

“Mayoritas masyarakat miskin kita beragama Islam. Tugas kita adalah untuk menolong umat muslim yang miskin, agar terangkat dari kemiskinan di Negara yang makmur ini, kita harus mulai dari hal kecil dari diri sendiri,” ujarnya. 

Di sisi lain, Ketua Koordinator Nasional Nusantara Mengaji Jazilul Fawaid mengatakan, tujuan utama diadakannya khataman Al-Quran tersebut adalah adalah bagaimana agar masyarakat gemar membaca Al Quran. Ia meminta kepada masyarakat, agar mengajak masyarakat muslim lainnya untuk bersama-sama membaca Al-Quran. 

“Saya dikritik, kok kenapa membaca? Saya bilang, sebenarnya menyediakan waktu 30 menit dalam 24 jam itu singkat. Tapi memang kita ini untuk mencintai Al-Quran itu berat. Percaya, baca terus Al-Quran sampai menemukan kenikmatan dari huruf-huruf Al-Quran,” ujarnya. 

Menurutnya, Al Quran berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya, sebab dijamin dan dijaga hingga hari kiamat tiba. Oleh sebab itu menurutnya, memahami atau tidak saat membaca Al-Quran, maka akan tetap dijaga sebagai pahala. 

“Ini (khataman Al-Quran) tradisi nusantara yang mudah-mudahan menjadi daya tarik agar masyarakat lebih mencintai dan giat membaca Al-Quran,” ujarnya. (p/ab)